Puisi - Bianglala, Satu Senyuman Penghapus Luka
Siang, teduh, dan hangat,
tak seperti dogeng yang kuceritakan semalam,
tentang pangeran yang selalu resah,
tentang putri yang selalu gelisah,
tak mengerti apa yang mereka inginkan,
pada masa yang mungkin kan tersisa,
tak sampai setengahnya,
seperti yang ia sangkakan...
tak seperti dogeng yang kuceritakan semalam,
tentang pangeran yang selalu resah,
tentang putri yang selalu gelisah,
tak mengerti apa yang mereka inginkan,
pada masa yang mungkin kan tersisa,
tak sampai setengahnya,
seperti yang ia sangkakan...
Bianglala itu tak pernah lelah berputar,
menegaskan apa yang pantas berada di atas,
dan mengabarkan siapa yang sudi berada di bawah...
menegaskan apa yang pantas berada di atas,
dan mengabarkan siapa yang sudi berada di bawah...
Gie...
Bianglala itu tak pernah putus asa,
memutar sebuah tembang,
tentang jiwa-jiwa yang khilaf,
yang tak mau mengakui anugerah-Nya,
dan tak rela saat harus dirundung nestapa,
karena ia memang harus terus berputar Gie...
Bianglala itu tak pernah putus asa,
memutar sebuah tembang,
tentang jiwa-jiwa yang khilaf,
yang tak mau mengakui anugerah-Nya,
dan tak rela saat harus dirundung nestapa,
karena ia memang harus terus berputar Gie...
Gie...
Aku hanya butuh satu senyuman,
dan tak akan lebih dari itu,
karena senyumanmu,
kan menghapus seribu lukaku.
Aku hanya butuh satu senyuman,
dan tak akan lebih dari itu,
karena senyumanmu,
kan menghapus seribu lukaku.
[Sungai Bambu; Rabu, 26 September 2018; 14:08]
Puisi - Bianglala, Satu Senyuman Penghapus Luka
Jadi inget pernah naik bianglala, ser seran juga hehehe....
BalasHapusYup betul Sobat, terutama saat akan naik ke atas, trus akan memutar turun ke bawah. Disitulah sensasi rasanya. Bianglala buat saya permainan yang sangat romantis dan lumayan bikin deg-degan..hehehe
HapusTerima kasih sudah berkunjung Sobat Yose Suparto.
BalasHapus