(Gambar: teknologi.news.viva.co.id)
Puisi - Lorong-Lorong Sempit
Rentang kesabaranku akhir-akhir ini semakin menipis,
berlindung dibalik kenakalan sel tubuh majemuk,
menggiring anganku pada lorong-lorong yang sempit,
dan dengan lantang ia pun berkata:
"Ini sebenarnya bukan waktu yang tepat untuk menjemputmu Sayang..."
berlindung dibalik kenakalan sel tubuh majemuk,
menggiring anganku pada lorong-lorong yang sempit,
dan dengan lantang ia pun berkata:
"Ini sebenarnya bukan waktu yang tepat untuk menjemputmu Sayang..."
Lorong-lorong sempit itu tak semerah dulu lagi,
merasa risih dan resah,
akan penghuni-penghuni baru yang tak mengenal sopan santun,
dan dengan lantang ia pun berkata:
"Aku sudah tak tahan lagi dengan kezaliman ini!"
merasa risih dan resah,
akan penghuni-penghuni baru yang tak mengenal sopan santun,
dan dengan lantang ia pun berkata:
"Aku sudah tak tahan lagi dengan kezaliman ini!"
Lorong-lorong sempit itu kadang bergetar hebat,
membalas kalimat pada pagar berlubang,
berjabat mesra dengan sisa-sisa kenikmatan,
setelah usai mengakhiri tiga santapan terakhir bersama sang majikan,
dan dengan lantang ia pun berkata:
"Ingin sekali aku membencimu!"
membalas kalimat pada pagar berlubang,
berjabat mesra dengan sisa-sisa kenikmatan,
setelah usai mengakhiri tiga santapan terakhir bersama sang majikan,
dan dengan lantang ia pun berkata:
"Ingin sekali aku membencimu!"
Lorong-lorong yang sempit itu pun semakin gelap dan pengap,
meredup bersama sukma yang melayang jauh....
meredup bersama sukma yang melayang jauh....
[Sungai Bambu, 30 Maret 2015, 10:39]
Baca Juga : SUKARAJA - MATAHARI TERSENYUM DIBALIK POHON MANGGA
Baca Juga : PUISI - MIMPI YANG SEMPURNA
Baca Juga : SUKARAJA - MATAHARI TERSENYUM DIBALIK POHON MANGGA
Baca Juga : PUISI - MIMPI YANG SEMPURNA
Wah kang dody semakin kedepan bikin puisi nya bagus sekali kang... nanti saya mau belajar bikin puisi ah biar makin pinter hehee
BalasHapusHehehe...selingan kalau sedang tak ada ide menulis artikel tema lainnya teh Vika.
HapusPuisinya semakin rumit dan ilmiah hehehe
BalasHapusHehehe...namanya juga puisi Bang Sofyan. Campur aduk bikinnya.
HapusWalaupun mungkin bagi orang awam sebuah puisi tidak mudah dimengerti, namun sesungguhnya setiap kata, penggalan kalimat, tersusun berdasarkan kata hati penulisnya yang menjadi untaian kalimat sarat makna.. .
BalasHapusSaya yang menulis juga kadang sedikit bingung setelah membaca puisi ini beberapa tahun kemudian.
Hapuskira kira apa maksudnya dari puisi diatas Mas ?, kok pikiran saya jadi ngk karuan, hahahah.....
BalasHapusHahaha...apalagi saya yg bikin makin ga karuan.
Hapushahahah...... mudah2an kamarnya tidak jadi acak2an yach. :)
HapusHahahaha...
HapusSaya bacanya sambil membayangkan gerbang antara fana dan kekal ...
BalasHapusMantap mba Tuteh. Memang maksud sebenarnya adalah ingin menceritakan kondisi saat "ajal" tiba dan tubuh seolah-olah tak rela untuk pergi. Hanya saja susunannya mungkin ada yang kurang pas. Harap maklum.
HapusTubuh tak rela saat hrs ditinggal si nyawa...hehehe
HapusMakna yg dalam tentang lorong sempit nan pekat mas. 😀👍
BalasHapusYup Sobat Nino.
Hapusjemput singgah :) https://messarah.blogspot.com/2018/11/life-update-mese-occupato-busy-month.html
BalasHapusSiap Sobat Lullabyssz. Saya akan singgah. Terima kasih.
Hapus